Cerpen

Hijrah dari Kota ke Desa

Oleh:

Komariah, M.Pd

Pensiunan Pengawas Disdikbud Kota Bandar Lampung

Pada Sabtu siang, 5 Oktober 2024, aku dan suami berangkat menuju Desa Pesawaran Indah, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, untuk pindah ke rumah kami yang ada di Dusun Wonorejo tempat kelahiran suamiku.

Aku begitu menikmati hari-hari di rumah kami yang baru dan agak terpencil, sepi, jauh dari keramaian. Aku berdua suami menempati rumah yang hampir keseluruhan bangunannya hanya terbuat dari kayu menambah kesan artistik, penuh dengan kesederhanaan dan jauh dari kata mewah. Tapi aku merasa nyaman tinggal di tempat yang baru ini.

Ada perasaan plong dan lega di hatiku karena sejak 1 Oktober 2024 aku telah memasuki masa purna bakti, usai sudah aku mengabdi pada bangsa dan negara tercinta dan sekarang aku tinggal menikmati hari-hari indah bersama suami tercinta yang juga telah pensiun dua tahun yang lalu tanpa melalui drama “post power sindrom” kebanyakan dialami oleh sebagian orang yang belum siap menghadapi situasi ini.

Sekarang rutinitas sehari-hariku hanya melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja, mulai dari memasak, mencuci pakaian, dan bersih-bersih rumah yang semuanya itu aku kerjakan bersama-sama dengan suamiku.

Kami bergotong royong melakukan tugas rutin ini walaupun sepertinya lebih banyak suamiku yang mengerjakan tugas bersama ini. Entah mengapa semakin bertambah usia, aku malah jadi semakin manja dan sering bermalas-malasan di tempat tidur sambil membaca novel on line yang ada di ponsel.

Tapi tujuanku membaca novel, selain memang hobi juga untuk sebagai referensi kalau aku nanti mau mulai menulis. Langkah-langkah apa saja yang harus aku kerjakan sebagai seorang “penulis pemula”.

***

Pagi itu aku dan suami pergi ke pasaran yang ada di Desa Umbul Kluwih dan pasarannya hanya dua kali dalam sepekan yaitu Selasa dan Jumat. Aku belanja keperluan dapur agak banyak untuk persiapan beberapa hari ke depan supaya tidak bolak balik ke warung, karena warungnya sangat jauh dari rumahku.

Hari itu juga kami dapat undangan pesta khitanan dari saudara jauh suamiku, karena dua hari sebelumnya kami dapat tonjo’an (semacam undangan dengan membawa sebuah rantang yang berisi nasi dan lauk pauk dalam adat Jawa) dari shahibul hajat, maka mau tidak mau kami harus datang menghadiri pesta khitanan tersebut.

***

Di pagi yang cerah ini aku kembali berkutat dengan notebook, mulai menulis kembali dan semoga di tempatku yang baru ini segala inspirasi baru akan bermunculan untuk menunjang dan memperlancar kegiatan menulis ini.

Aku berharap dengan langkah kecilku ini ke depannya bisa selalu menuangkan ide-ide cemerlang sebagai bentuk perubahan dalam hidupku selanjutnya.

***

Di rumahku yang baru ini aku berniat ingin mengumpulkan cucu-cucu dari keponakan dari suami untuk sama-sama belajar mengaji, agar kami dapat mempelajari Alquran dengan tartil. Semoga Allah mengijabah keinginanku ini, aamiin ya Rabbal Alamiin. Tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Ia berkehendak maka akan terjadi (kun fayakun).

Aku akan memulainya dengan mengumpulkan keponakan-keponakan suamiku yang memang punya basic untuk mengajar Alquran sesuai dengan tuntunan yang berlaku dalam mempelajari Alquran.

Sudah dari jauh hari aku mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit berbagai macam peralatan untuk menunjang kegiatan ini, antara lain bangku plastik kecil untuk alas buku iqra bagi anak-anak yang akan mengaji, juga peralatan lainnya yang berguna untuk menunjang kegiatan tersebut dan insyaallah aku akan menyisihkan sedikit rejeki dari uang pensiun untuk membeli semua kebutuhan yang diperlukan, semoga Allah mengijabah segala keinginanku ini, aamiin ya Rabbal Alamiin.

Pada tahap permulaan ini, aku akan membuat jadwal kegiatan mengaji ini hanya dilakukan pada hari minggu saja, karena mengingat Sebagian besar cucu-cucu dari keponakan suamiku sudah masuk usia sekolah. Jadi aku memutuskan untuk pelaksanaannya dilakukan di hari Minggu pagi. Untuk menarik minat anak-anak yang akan mengaji agar mereka tidak merasa bosan, aku akan mengajari mereka berenang (jangan salah aku kan mantan pelatih renang Lampung, hehehe… sombong!) di kolam kecil yang ada di samping rumahku yang dibuat sangat sederhana sesuai kemampuan dengan memanfaatkan aliran air dari gunung yang kebetulan aliran airnya melewati tanah kami.

Dan sesuai juga dengan anjuran Rasulullah bahwa sedari kecil anak-anak dianjurkan untuk belajar berenang, memanah dan berkuda dan aku memiliki sarana untuk ana-anak bisa belajar berenang dengan gratis plus dua orang mantan pelatih renang yang sudah pensiun heheh… (aku dan suamiku adalah mantan guru olah raga).

Semoga semua rencana yang sudah ku siapkan dari jauh hari ini dapat berjalan sesuai dengan impianku selama ini, aku ingin menjadikan anak keturunan keluarga besar kami menjadi “Generasi Milenial yang Qur’ani,” aamiin. (*)

Tags

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close