ISTIMEWA
BANDAR LAMPUNG – Rafifah Karimah, mahasiswi Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila) berhasil mewakili Indonesia pada ajang Culture Education Program Youth Changemaker Volunteering Chapter Malaysia Batch VI. Program ini diselenggarakan Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Malaysia, pada 30 Mei hingga 2 Juni 2023.
Program Youth Changemaker Volunteering Chapter Malaysia Batch VI merupakan program pengabdian yang ditujukan kepada pemuda-pemudi Indonesia dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi untuk dapat mengabdikan dirinya secara sukarela dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, kewirausahaan, serta kemasyarakatan kepada para pekerja migran, serta anak-anak Indonesia. Tujuannya untuk menanamkan sebuah jiwa nasionalisme di salah satu Sanggar Bimbingan KBRI di Malaysia.
Mahasiswi Program Studi Agribisnis Unila ini mengikuti kegiatan program edukasi budaya oleh lembaga swadaya Changemaker Indonesia yang berada di bawah naungan KBRI di Malaysia. Ketertarikannya mengikuti Program Youth Changemaker Volunteering Chapter Malaysia karena ingin berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia di Tanah Melayu.
“Program ini sangat bermanfaat bagi saya karena bisa belajar banyak hal tentang budaya, pendidikan, dan kesehatan di Malaysia. Saya juga bisa berbagi pengalaman dan ilmu dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia yang ikut serta dalam program ini,” ujar Rafifah Karimah, Kamis, 8 Mei 2023.
Untuk dapat mengikuti program ini, Rafifah Karimah harus melewati beberapa tahap seleksi cukup ketat. Proses pendaftaran peserta program terdiri dari beberapa jalur, termasuk jalur administrasi, jalur media sosial, dan jalur changers.
Pada tahap pendaftaran, peserta mengisi formulir serta beberapa pertanyaan esai menyangkut berbagai tema pendidikan, etika, latar belakang. Selain itu, para pendaftar diminta untuk merancang program yang aktual, realistis, dan berkelanjutan guna mendukung kontribusi mereka saat mengabdi di Negeri Jiran.
Selanjutnya pada tahap Focus Group Discussion diawasi langsung founder Changemaker Indonesia yang tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP-RI), dosen, serta pengawas lainnya.
“Saya bersyukur bisa lolos seleksi dan mendapat kesempatan untuk mengikuti program ini. Saya berharap program ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia di Malaysia,” tutur mahasiswi angkatan 2022 ini.
Peserta program ini adalah pemuda dan pemudi WNI dan WNA yang tinggal di Indonesia atau berkewarganegaraan Indonesia, berusia 17-30 tahun, berpendidikan minimal SMA/SMK/sederajat dari sekolah atau instansi di wilayah Indonesia, berkomitmen dan bertanggung jawab mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga akhir proses pendaftaran dan program, berjiwa sosial serta dapat bekerja sama baik secara tim maupun individu, dan siap aktif menjadi alumni Changemaker Indonesia untuk menyebarkan kebermanfaatan pada lainnya.
Program ini terdiri dari beberapa kegiatan, antara lain studi banding ke Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), mengajar di salah satu Sanggar Bimbingan KBRI di Sentul, Kuala Lumpur, pelatihan public speaking bersertifikat, training self-skill “softskill & hardskill” bersertifikat, eksplorasi budaya dan perkembangan teknologi di Malaysia, serta berkunjung ke beberapa perusahaan yang ada di Malaysia.
Rafifah mengaku senang dan bangga bisa menjadi delegasi Changemaker Indonesia. Menurutnya, menjadi delegasi Changemaker Indonesia adalah bukti kecintaannya terhadap negara. Banyak kemampuan yang didapatkan, seperti public speaking, teamwork experiences, dan problem solving.
“Kita juga bisa bertukar budaya dengan warga asing, berbicara dengan mereka, dan memperkenalkan budaya kita,” ujarnya saat diwawancara tim website.
Rafifah berpesan kepada pemuda dan pemudi Indonesia yang ingin menciptakan perubahan. “Mulailah dari diri sendiri. Banyak cara untuk berubah, tidak hanya dengan kata-kata atau wicara publik. Banyak hal lain menanti, seperti halnya program Changemaker Indonesia, bersua langsung dengan adik-adik Indonesia di Malaysia yang membutuhkan perhatian kita. Namun ingat, etika adalah kunci kesuksesan,” tuturnya. (***)