Kafe Edu Fun bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam menjalankan jiwa wirausaha mereka, sehingga dapat diseleksi dan dilatih menjadi entrepreneur sukses. Kafe ini memiliki branding edukasi untuk memotivasi mahasiswa dalam mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha setelah lulus kuliah.
Prof. Sunyono mengatakan, peluncuran kafe ini diharapkan mampu mendorong FKIP Unila semakin maju dan berkembang sesuai dengan tagline Unila, “Be Strong!”. “Nantinya, kami berharap mahasiswa tidak hanya menjadi tenaga kerja, tetapi juga menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., I.P.M, mengapresiasi kehadiran kafe Edu Fun sebagai masterplan yang dibuat FKIP Unila. Ia berharap, kafe ini dapat menjadi contoh fakultas lain dalam mengembangkan kewirausahaan bagi dosen dan mahasiswa.
“Saya sangat mendukung inisiatif FKIP Unila untuk menciptakan kafe edukasi yang mengembangkan jiwa wirausaha mahasiswa. Saya berharap Edu Fun dapat menjadi tempat inspiratif bagi para mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan bisnis mereka,” katanya.
Rektor secara antusias menunggu jadwal peresmian Kafe Edu Fun. Ia juga meminta kafe ini dapat menggunakan produk hasil penelitian dosen serta menyediakan spot untuk menjual hasil karya dosen dan mahasiswa Unila yang selama ini sudah cukup banyak.
Selain Edu Fun, Unila akan terus berfokus pada pengembangan kewirausahaan mahasiswa, dengan target setidaknya 30 persen mahasiswa Unila sudah berwirausaha.
Rektor juga meminta FKIP Unila untuk meningkatkan akreditasi prodi-prodinya sehingga tidak ada lagi prodi terakreditasi B, serta memberi perhatian kepada akreditasi dan pengelolaan jurnal di FKIP.
Penyelenggaraan konferensi internasional di FKIP Unila diminta tidak hanya melibatkan peserta dari pihak luar tapi juga partisipasi dosen FKIP Unila sebagai presenter. Hal ini didasari banyaknya jumlah dosen FKIP Unila dan support dekan.
Rektor beserta jajaran akan membantu FKIP Unila semaksimal mungkin sehingga menjadi ikon untuk Lampung dan nasional yang akan dikenal sebagai kampus dengan ekosistem pendidikan yang bagus.
Tak hanya itu, FKIP Unila akan terlibat dalam kerja sama Unila dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait dengan pendidikan tentang kekerasan terhadap anak.
Kegiatan kunjungan ini merupakan bagian dari konsolidasi untuk menutup program 100 hari kerjanya. Ini juga merupakan langkah awal untuk Unila terus maju dalam empat tahun ke depan. (***)