Kepala SMPN 40 Bandar Lampung, Barmawi, S.Pd., M.M. DOK SEKOLAH
SMARTNEWS.ID – Di mata warga Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Timur, dan sekiranya, sosok Kepala SMPN 40 Bandar Lampung, Barmawi, S.Pd., M.M, ini sudah tidak asing lagi. Terlebih, ia memiliki sifat yang humoris.
Pria kelahiran 13 Juli 1965, ini cukup dikenal luas masyarakat setempat karena kebijakan di dunia pendidikan selalu mengedepankan penguatan karakter peserta didik. Hal itu dibuktikan beberapa tahun ini, tepatnya sebagai kepala sekolah.
Salah satu terobosan pendidikan di lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman, dan kondusif dalam proses pembelajaran, Barmawi mengajak 392 peserta didiknya untuk melakukan “bertapa” setiap harinya.
Tujuan dari hal tersebut, ingin mengajak warga sekolah berperan penting dalam menjaga kesehatan guna membentuk budaya peduli lingkungan. Kegiatan bertapa yang telah berlangsung sejak tiga tahun lalu, kini menjadi budaya peserta didik.

Mungkin orang akan bertanya-tanya, mengapa para peserta didik diajak bertapa oleh pihak satuan pendidikan, bahkan menjadi salah satu program satuan pendidikan. Jauh lagi bila dikaitkan dengan kondusivitas pembelajaran.
Maksud dari bertapa di sini adalah mengajak seluruh peserta didik untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolahnya. Pasalnya, bertapa ini merupakan akronim dari bersih tanpa kotak sampah.
Benar saja, memang sudah tiga tahun terakhir tepatnya pada 2022 lalu, di lingkungan SMPN 40 Bandar Lampung tidak ada kotak sampah satupun, termasuk di kelas. Sekolah hanya menyediakan satu tempat penampungan sementara (TPS) untuk sampah di belakang sekolah.
Kebijakan bertapa itu diambil untuk membiasakan para peserta didik agar bertanggungjawab terhadap sampah. Termasuk bila menemukan sampah di lingkungan sekolah, peserta didik wajib membersihkan agar tak terlihat.
“Bisa dicek, mulai dari lantai satu hingga tiga, gedung sekolah tidak memiliki kotak sampah, satupun. Bukan tidak ingin menyediakan, namun lebih kepada edukasi siswa agar membuang sampah di TPS saja,” ujar Barmawi, Rabu, 30 April 2025.
Menurut dia, sampah yang menjadi bahan buangan atau sisa dari kegiatan manusia yang tidak lagi berguna, wajib disingkirkan dari penglihatan mata saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sampah hanya ada di TPS.
“Sebelum bertapa menjadi budaya siswa saat ini, sekitar tiga bulan kami edukasi para siswa pada tiga tahun lalu agar membuang sampah di TPS. Alhamdulillah, saat ini sampah tidak ada lagi di lingkungan sekolah,” ujar dia yang didampingi Wakil Kepala Bidang Kesiswaan Margiwati, S.Pd itu.
Bilamana peserta didik memiliki sampah sisa dari kegiatannya, sampah tersebut dapat dibuang pada saat jam istirahat atau waktu pulang sekolah. Namun, bila mendesak, sampah boleh dibuang ke TPS pada saat pembelajaran.
“Semisal ada sampah yang tidak bisa ditunda untuk dibuang saat pembelajaran, maka siswa boleh meminta izin kepada gurunya untuk membuangnya ke TPS. Namun, biasanya sebelum dibuang, maka sampah akan dikumpulkan terlebih dahulu,” ujarnya.
Ia mengatakan, kebijakan bertapa hanya dilakukan di sekolahnya. “Setahu saja mengajak siswa bertapa hanya di sini, sekolah lain di Bandar Lampung belum menerapkan,” ujar pria kelahiran Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan itu.
Sementara itu untuk pengangkutan sampah dari TPS sekolah akan dilakukan oleh petugas satuan operasional kebersihan lingkungan (sokli). Menurutnya, terdapat dua bak untuk menampung sampah.
“Dua bak itu terdiri dari bak sampah organik dan bak sampah nonorganik. Biasanya akan diambil petugas sokli usai pembelajaran setiap harinya, itu dilakukan agar tidak terjadi penumpukan sampah,” kata dia.
Dampak dari penerapan bertapa, selain lebih disiplin dan bertanggungjawab juga berimplikasi dengan meningkatnya semangat belajar peserta didik. Menurutnya, program ini menjadi terobosan pertama di Kota Bandar Lampung.
“Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan sekolah untuk mengatasi sampah. Namun, saat ini kami menerapkan program bertapa kepada siswa. Tujuannya sama, yakni tidak lain ingin menanggulangi sampah,” ujar Barmawi.
Ia berharap program bertapa ini dapat terus dilanjutkan sekolah meski ia tidak lagi menjadi kepala sekolah. “Ini program yang baik,” kata pria yang akan memasuki masa purna bakti sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada Agustus 2025 ini.
Selain program bertapa, katanya, masih banyak program lain yang telah dijalankan sekolah, seperti program “kedai jajar tabayar (jaringan belajar tanpa bayar); ayo berteman (bersih tertib aman); dan lainnya.
“Sekolah berdiri sejak 2019 ini memiliki visi dalam berbahasa Lampung yakni nalom, waya, piil yang artinya cerdas, ramah, bermartabat. Visi ini bagian untuk mendukung moto sekolah yakni maju menjadi bintang,” kata dia. (***)