Kepala SMPN 5 Bandar Lampung Elly Yanti, M.M.Pd (tengah), berfoto bersama sejumlah siswa saat penilaian hasil karya siswa berupa batako dan briket oleh tim juri Balitbangda Lampung, di sekolah setempat, Kamis (30/6/2022). DOK SEKOLAH
SMARTNEWS.ID – UPT SMPN 5 Bandar Lampung, menjadi satu-satu peserta di Kota Bandar Lampung, mengikuti lomba Anugerah Inovasi Daerah Provinsi Lampung jenjang SMP 2022.
Penilaian lomba dilakukan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung, pada Kamis, 30 Juni 2022, sekolah itu menampilkan karya ilmiah berupa batako dan briket.
Namun, ada hal yang berbeda dari hasil karya siswa yang diikutkan pada lomba itu. Bedanya pada batako yang biasa diketahui, namun benda ciptaan siswa itu diklaim antipetir.
Sedangkan briket yang biasa menjadi bahan bakar untuk memasak, pada hasil karya siswa sekolah yang beralamat di Jalan Beo, Kecamatan Kedamaian, diklaim bara apinya bertahan lama.
Kepala SMPN 5 Bandar Lampung, Elly Yanti, M.M.Pd, mengatakan penilaian lomba dilakukan Balitbangda Lampung untuk mengetahui pasti benda-benda yang diikutsertakan dalam lomba.
Tidak hanya melihat benda yang sudah jadi, katanya, tim penilai juga melihat cara dan proses siswa dalam membuat batako dan briket yang terbuat dari bahan yang ada di masyarakat.
“Saya melihat tim juri dari Balitbangda Lampung cukup puas dengan proses yang dilakukan siswa dalam menciptakan batako dan briket,” ujar dia, di sekolahnya, Kamis (30/6/2022).
Menurutnya, adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan batako antipetir diantaranya pasir, semen, serabut kelapa, air, dan butiran styrofoam atau disebut juga polystyrene.
Sejumlah bahan baku tersebut dicampur dan diaduk menjadi satu, kemudian di masukkan ke dalam cetakan berbahan kayu berbentuk persegi panjang yang selanjutnya untuk di jemur.
Sedangkan briket yang dilombakan terdapat tiga jenis bahan baku digunakan. Pertama, briket terbuat dari ampas tebu; kedua, terbuat dari basung jagung; dan terakhir terbuat dari jerami padi.
Sebelum terbentuk menjadi priket, sejumlah bahan-bahan tersebut dilebur hingga halus, selanjutnya dicampur menggunakan cairan dari kulit pisang sebagai perekat, kemudian dicetak ke dalam cetakan yang telah disediakan.
“Inovasi karya itu semua murni dilakukan oleh para siswa kami. Tentu pengembangannya dibantu oleh tim dari sekolah yang terdiri dari sejumlah guru di bidang tersebut,” ujar dia.
Ia berharap karya ilmiah yang diciptakan para siswanya tersebut dapat lolos dan menjadi juara, sehingga kembali dapat diikutsertakan pada lomba-lomba sejenis di tingkat selanjutnya.
“Harapan kami bisa menang usai dinilai oleh tim juri Balitbangda Lampung. Karya ilmiah ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi masyarakat luas, terlebih bisa di produksi massal,” ujarnya. (***)