Pemkot Balam

Sekolah Disabilitas Bunda Sarana Bermain Edukatif Untuk Bantu Perkembangan Anak

DOK SDB

SMARTNEWS.ID – Sejak pertengahan Agustus 2024, Sekolah Disabilitas Bunda (SDB) di bawah binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung, telah menyelenggarakan pendidikan bagi anak penyandang disabilitas.

Saat ini, sebanyak 64 anak berusia antara 5-14 tahun sudah tercatat sebagai peserta didik. Proses pendidikan terhadap para anak disabilitas itu diberikan sebanyak dua kali pertemuan dalam sepekan. Waktunya, sejak pukul 08.30-10.00 Wib.

SDB menjadi gagasan mulia Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana dalam rangka memberikan akses pendidikan secara merata kepada anak disabilitas, pada proses pembelajarannya masih dilakukan bertahap atau lebih tepatnya sebagai sarana bermain edukatif.

Pasalnya, SDB berlokasi di Jalan Sukardi Hamdani, Palapa 10, Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura yang diresmikan pada 8 Januari 2024, pada materi pendidikannya masih diberikan sesuai kebutuhan anak-anak.

Kepala SDB Bandar Lampung Muhammad Yusri, S.Pd., M.M, mengatakan kehadiran SDB tidak lain sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kota Bandar Lampung agar anak berkebutuhan khusus memperoleh akses pendidikan yang sama.

Saat ini, kata Yusri, anak-anak yang mengikuti pendidikan di SDB dalam dua bulan terakhir banyak mengalami perkembangan ke arah yang lebih positif, baik dari sisi sikap, mental, dan prilaku. Perkembangan dari sejumlah hal itu, tentunya atas dukungan dari semua pihak.

“Dukungan yang sangat luar biasa yakni dari Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Sosial, dan instansi terkait lainnya,” kata mantan Kepala SMP Negeri 33 Bandar Lampung itu, Kamis, 17 Oktober 2024.

Kemajuan yang dialami, kata Yusri, anak-anak lebih percaya diri, mandiri, dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan, serta memiliki keterampilan sesuai minat dan bakat anak. Tak hanya itu, anak juga sudah ada yang mulai bisa membaca dan menulis.

“Pada saat kami menerima anak disabilitas ini, hampir seluruhnya kurang percaya diri. Bayangkan, disuruh turun dari kendaraan untuk ke kelas saja awalnya mereka tidak mau. Alhamdulillah, kini mereka sudah bisa beradaptasi dengan baik,” katanya.

“Selain itu, dari sejumlah anak disabilitas setelah diajarkan oleh para para relawan yang peduli terhadap pendidikan disabilitas, juga sudah memiliki keterampilan seperti mewarnai, melukis, hingga menari. Artinya SDB ini sangat bermanfaat bagi mereka,” lanjutnya.

Meski pada proses pengoperasian SDB masih dilakukan secara mandiri, namun kata dia, para relawan yang tidak mengikat, tampak sungguh-sungguh ingin memberikan pendidikan berkualitas kepada anak disabilitas tersebut.

“Jujur di sini pengajarnya masih terbatas. Kami hanya mengandalkan para relawan yang peduli terhadap Pendidikan disabilitas. Mereka ada dari Dinas Sosial, Disdikbud, dan lainnya. Meski demikian, tentunya mereka juga memiliki kompetensi untuk hal itu,” kata dia.

“Pada proses pembelajaran untuk anak disabilitas ini, bahkan satu anak bisa didampingi satu hingga dua guru pendamping. Itu dilakukan agar-anak terjamin memperoleh hak pendidikannya,” sambung Yusri.

Yusri berharap, SDB digadang-gadang menjadi sekolah disabilitas pertama di Indonesia, ke depan bisa menjadi seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) yang memiliki struktur kurikulum dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

“Untuk saat ini pembelajaran anak disabilitas masih sebatas bermain edukatif. Meski demikian, para anak tersebut tetap diberikan pendidikan karakter dan lainnya. Insyaallah SDB ini dapat diakui seperti sekolah disabilitas lainnya,” kata dia. (***)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close