Universitas Malahayati

Strategi Meningkatkan Literasi Keuangan Digital dan Pencegahan Judi Online di Kalangan Pelajar SMK Palapa Bandar Lampung melalui Aplikasi Fintech

Ayyumi Khusnul Khotimah, Azron Efendi, Dilla Silviana Putri, Dito Aditya, Nala Maghfiroh, Nala Salsabila Fitriana, Aziz Maulana, Nurbaiti

Universitas Malahayati


Abstrak:  Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pelajar SMK Palapa Bandar Lampung, khususnya kelas X, mengenai literasi keuangan digital dan bahaya judi online. Sosialisasi dilakukan melalui pemaparan materi, pengenalan aplikasi fintech SeaBank, serta edukasi interaktif di kelas. Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif, yang memungkinkan peneliti melihat secara langsung keterlibatan dan respon siswa selama kegiatan berlangsung.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pendekatan langsung dan penggunaan aplikasi digital cukup efektif dalam menumbuhkan kesadaran finansial dan sikap kritis terhadap judi online. Edukasi semacam ini penting untuk terus dikembangkan di lingkungan sekolah.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi digital saat ini membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara masyarakat mengatur dan menggunakan uang. Anak muda, khususnya pelajar, kini sangat akrab dengan teknologi, mulai dari smartphone, media sosial, hingga aplikasi-aplikasi finansial yang makin mudah diakses.

Salah satu bentuk kemajuan di bidang keuangan adalah kehadiran financial technology atau yang biasa dikenal dengan fintech. Financial Technology adalah teknologi keuangan yang mengacu pada solusi baru yang menunjukkan inovasi dalam pengembangan aplikasi, produk, atau model bisnis di industri jasa keuangan yang menggunakan teknologi (Lee & Low, 2018).

Di satu sisi, perkembangan ini tentu positif karena membuka peluang bagi generasi muda untuk belajar mengelola keuangan sejak dini. Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi ini juga menghadirkan tantangan baru. Salah satu yang paling mengkhawatirkan belakangan ini adalah maraknya praktik judi online di kalangan pelajar. Pelajar yang belum memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah informasi serta godaan di dunia digital cenderung lebih mudah terjebak pada aktivitas semacam ini.

Rendahnya literasi keuangan digital di usia sekolah menjadi penyebab utama. Literasi Keuangan secara sederhana pun juga diartikan sebagai kemampuan seserorang dalam mengelola keuangannya dan melakukan perencanaan keuangannya (Julita, 2023). Aktivitas ini semakin mudah diakses, hanya bermodalkan ponsel dan jaringan internet. Bahkan, sebagian besar iklan judi online menyasar platform yang sering digunakan pelajar, seperti media sosial dan game online.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan sebanyak 1,5 juta pelajar jadi pemain judi “online” dan 50.000 di antaranya berusia di bawah 10 tahun (kompas.com). Banyak siswa yang belum mampu membedakan antara penggunaan uang yang bijak dan kegiatan yang berisiko. Rendahnya literasi keuangan digital menjadi faktor yang membuat pelajar rentan terjerumus ke dalam kebiasaan yang merugikan. Tidak sedikit dari mereka yang tergiur oleh janji keuntungan instan, tanpa memahami dampak jangka panjangnya terhadap kondisi keuangan, psikologis, dan akademik mereka.

Literasi menjadi bagian dari perkembangan kemampuan Bahasa anak yang sangat penting untuk distimulasi sejak usia dini (Molan, 2023). Literasi keuangan digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai alat serta informasi keuangan yang tersedia secara digital. Kemampuan ini sangat penting agar individu dapat membuat keputusan keuangan yang rasional dan aman  di era digital (Lusardi et al., 2014).

Peningkatan literasi digital di lingkup sekolah sangat bermanfaat bagi siswa khususnya dalam kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan media digital, sosialisasi ini di harapkan mampu memberikan pemahaman bagi siswa untuk lebih bijak dalam menggunakan media digital. Menurut survei nasional literasi dan inklusi keuangan oleh OJK tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat termasuk pelajar baru mencapai sekitar 49,68%, jauh lebih rendah dibanding inklusi keuangan sebesar 85,10% (ojk.go.id).

Kesenjangan ini memperlihatkan banyak orang termasuk pelajar mulai menggunakan layanan keuangan tanpa pemahaman penuh tentang risikonya, padahal mereka adalah pengguna aktif internet dan aplikasi keuangan.

Melihat fenomena tersebut, penting untuk memberikan edukasi tentang bagaimana cara menggunakan teknologi keuangan secara sehat dan bertanggung jawab. Salah satu bentuk edukasi tersebut adalah dengan mengenalkan aplikasi fintech yang legal dan aman, seperti SeaBank. Aplikasi ini cukup sederhana dan mudah dipahami, sehingga cocok digunakan sebagai sarana edukasi untuk pelajar.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan di SMK Palapa Bandar Lampung merupakan bagian dari upaya mendorong pemahaman tersebut. Sosialisasi ini tidak dilakukan secara formal seperti penelitian ilmiah, melainkan lebih bersifat diskusi santai dan edukatif. Dengan pendekatan langsung, siswa diajak memahami cara kerja aplikasi fintech, manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana menjaga keamanan saat bertransaksi digital.

Selain itu, mereka juga diberi pemahaman tentang risiko penyalahgunaan teknologi, khususnya terkait judi online, yang saat ini menjadi masalah serius di kalangan pelajar. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa dapat mulai menyadari pentingnya literasi keuangan digital sebagai bekal menghadapi dunia yang semakin digital. Edukasi seperti ini memang tidak bisa langsung mengubah perilaku secara drastis, tetapi bisa menjadi langkah awal yang penting untuk menanamkan kesadaran dan tanggung jawab sejak dini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode observasi partisipatif. Subjek dalam kegiatan ini adalah siswa kelas X SMK Palapa Bandar Lampung. Peneliti melakukan kegiatan sosialisasi secara langsung di dalam kelas, yang meliputi pemaparan materi mengenai literasi keuangan digital, pengenalan aplikasi fintech SeaBank, serta edukasi mengenai risiko dan bahaya judi online.

Observasi dilakukan selama kegiatan berlangsung untuk mencatat keterlibatan siswa, tingkat antusiasme, dan respon terhadap materi yang disampaikan. Peneliti tidak melakukan wawancara maupun pengisian kuesioner, melainkan fokus pada pengamatan perilaku dan interaksi siswa secara langsung saat kegiatan berlangsung (turun lapangan).

Diskusi semacam ini memberi ruang bagi siswa untuk berbagi pengalaman pribadi sekaligus menumbuhkan kesadaran bersama bahwa tidak semua aktivitas digital aman dan patut diikuti. Teknik pengumpulan data berupa catatan observasi lapangan, tanggapan spontan siswa, serta partisipasi mereka dalam sesi tanya jawab dan praktik penggunaan aplikasi SeaBank.

Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menggambarkan efektivitas pendekatan sosialisasi terhadap peningkatan pemahaman siswa mengenai literasi keuangan dan pencegahan judi online.Secara keseluruhan, metode pelaksanaan kegiatan ini bersifat partisipatif, edukatif, dan membumi. Fokus utamanya bukan pada pengumpulan data statistik, melainkan pada membangun kesadaran dan mengubah cara pandang siswa terhadap teknologi finansial dan dampaknya dalam kehidupan mereka (Sari et al., 2021).

HASIL & PEMBAHASAN

Kegiatan sosialisasi literasi keuangan digital melalui pengenalan aplikasi SeaBank yang dilaksanakan di SMK Palapa Bandar Lampung berlangsung dengan lancar dan mendapat respons yang cukup positif dari siswa. Meskipun tidak menggunakan instrumen evaluasi kuantitatif, hasil kegiatan dapat diukur melalui pengamatan langsung terhadap antusiasme, partisipasi, dan keterlibatan siswa selama proses berlangsung  siswa terlihat aktif mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Saat materi disampaikan, mereka menyimak dengan baik, dan mulai menunjukkan rasa ingin tahu terhadap topik-topik yang dibahas—khususnya saat pembahasan masuk ke isu-isu aktual seperti judi online, pinjaman ilegal, serta cara mengenali aplikasi keuangan yang aman dan terdaftar di OJK. Beberapa siswa bahkan menyampaikan pengalaman pribadi tentang pernah menerima tawaran mencurigakan melalui media sosial, yang kemudian mereka kaitkan dengan praktik judi atau investasi bodong.

Sesi pengenalan aplikasi SeaBank menjadi bagian yang paling menarik perhatian. Ketika ditunjukkan bagaimana membuka rekening secara online hanya melalui smartphone, banyak siswa terkejut karena prosesnya cepat dan sederhana. Beberapa dari mereka langsung mencoba mengunduh aplikasi, sementara yang lain aktif bertanya soal keamanan dan legalitasnya. Ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis praktik langsung lebih efektif dibanding hanya penyampaian teori.

Diskusi juga menjadi bagian penting dalam kegiatan ini. Para siswa merasa lebih nyaman untuk bertanya dan berbagi dalam suasana yang tidak terlalu formal. Saat topik judi online dibahas, beberapa siswa mengaku sering melihat teman sebayanya bermain slot daring atau mengakses situs-situs taruhan melalui VPN. Hal ini membuka ruang dialog tentang risiko hukum dan psikologis dari kebiasaan tersebut. Pemateri menjelaskan bahwa banyak situs judi yang menggunakan rekening bank untuk transaksi ilegal, dan tanpa sadar, pengguna bisa terseret dalam praktik pencucian uang atau aktivitas ilegal lainnya.

Pembahasan juga menyentuh bagaimana sikap yang bijak dalam menggunakan uang, terutama di era digital. Siswa didorong untuk memahami bahwa meskipun uang digital tidak terlihat secara fisik, dampaknya tetap nyata. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dalam setiap keputusan keuangan, terutama saat menggunakan aplikasi digital.

Secara tidak langsung, kegiatan ini menjadi semacam refleksi kolektif bagi para siswa untuk mengevaluasi perilaku digital mereka. Sosialisasi ini juga memberikan bekal pengetahuan dasar mengenai hak dan kewajiban sebagai pengguna layanan keuangan digital yang legal dan aman. Hal ini sejalan dengan literatur yang menyatakan bahwa pendekatan literasi berbasis pengalaman dan kasus nyata lebih efektif dalam membentuk sikap kritis remaja terhadap teknologi. (Puspadewi et al., 2025).

Solusi yang ditawarkan adalah pelajar  perlu diajak  diskusi  lebih  jauh  tentang keuangan (Sabilla et al., 2023). Melalui pendekatan yang komunikatif dan kontekstual, kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga menanamkan kesadaran. Siswa mulai memahami bahwa fintech seperti SeaBank bisa menjadi alat yang bermanfaat, selama digunakan dengan cara yang benar dan bertanggung jawab. Selain itu, mereka juga lebih siap dalam menghadapi ancaman digital seperti judi online, yang seringkali menyamar dalam bentuk yang menarik namun berisiko tinggi.

KESIMPULAN

Sosialisasi aplikasi fintech seperti SeaBank terbukti mampu meningkatkan literasi keuangan digital di kalangan pelajar SMK Palapa Bandar Lampung. Para siswa menunjukkan peningkatan pemahaman mengenai konsep keuangan digital, serta minat yang tinggi untuk menggunakan aplikasi SeaBank sebagai alat pengelolaan keuangan pribadi, baik untuk keperluan pembayaran tanpa biaya admin maupun kegiatan menabung dengan imbal hasil yang kompetitif.

Selain itu, pemberian edukasi mengenai bahaya judi online juga berhasil meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pelajar terhadap risiko digital yang kerap mengincar generasi muda. Kegiatan ini bukan hanya memperkenalkan manfaat layanan keuangan digital yang legal dan aman, tetapi juga menjadi langkah preventif terhadap perilaku negatif seperti kecenderungan berjudi secara daring.

Secara keseluruhan, peningkatan literasi keuangan digital ini menjadi langkah awal yang penting dalam upaya membentuk kebiasaan finansial yang sehat sekaligus sebagai strategi pencegahan terhadap praktik judi online. Dengan membekali siswa dengan pengetahuan praktis tentang pengelolaan keuangan dan risiko digital, kegiatan sosialisasi ini mampu menumbuhkan kesadaran kritis yang sangat dibutuhkan di era teknologi saat ini.

Tags

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close