Oleh:
H. Makmur, M.Ag
Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung
SMARTNEWS.ID – Puasa Ramadan yang kita jalani selama satu bulan sesungguhnya merupakan riyadlah (latihan) atau bulan untuk melatih diri.
Melatih diri untuk membuka serta melembutkan hati manusia supaya mudah menangkap spirit dan nilai-nilai ketuhanan.
Puasa juga menempa orang yang melaksanakannya untuk menjadikan dirinya lebih baik dalam mengarungi kehidupan ini.
Berpuasa bukan berarti hanya menahan atau menunda makan dan minum saja, akan tetapi bagaimana ia harus dapat mengendalikan diri, mengekang keinginan nafsunya, nafsu makannya, nafsu syahwatnya dan lain-lain.
Puasa inilah yang akan melahirkan kejujuran bagi setiap orang yang melaksanakannya.
Coba kita bayangkan, ketika menjalankan ibadah puasa, dalam satu kesempatan mungkin tidak ada orang yang tahu jika kita menyantap makanan dan minuman, atau kita merokok dalam kamar rumah kita, akan tetapi karena kita mampu mengendalikan nafsu dan niat berpuasa karena Allah, maka kita tidak melakukan itu. Padahal jika kita makan dan minum tidak ada yang tahu kecuali hanya kita dengan Allah.
Disinilah kita di latih untuk jujur, jujur kepada diri sendiri, jujur pada orang lain dan jujur pada Allah SWT.
Orang yang lulus puasa sesungguhnya ia akan menjadi orang yang jujur. Dan kejujuran itu sungguh mulia karena akan dibalas oleh Allah dengan surga yang penuh kenikmatan.
Dalam Alquran Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (At-Taubah : 119).
Dalam ayat ini ada dua perintah dari Allah untuk orang beriman, pertama untuk senantiasa bertakwa dengan terus menerus berlaku jujur, adil dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak disukai Allah.
Kedua kita di perintahkan untuk senantiasa bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang benar/jujur dalam menjalani kehidupan ini. Dan tentu saja kedua hal itu akan di berikan pahala oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Supaya Allah memberikan Balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena kejujurannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Al Ahzab : 24).
Orang yang jujur begitu di muliakan, Allah mengangkat derajat orang-orang yang jujur di hadapan manusia lainnya. Dan kita pun di minta untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur. Bergaul dengan orang jujur tidak ada yang merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan, orang jujur tidak akan menyakiti tapi akan menyenangkan, orang jujur tidak akan menyengsarakan tapi akan membahagiakan. Orang jujur akan senantiasa menampilkan sikap-sikap yang mulia yang dapat menyenangkan berbagai fihak.
Demikian pula dengan berbagai hal yang ada pada kita, jika diperoleh dengan cara yang jujur akan membawa pada keberkahan dan kedamaian buat diri kita dan juga orang lain. Misalnya, harta diperoleh dengan cara yang jujur akan mendatangkan keberkahan, keberkahan bagi diri kita dan keberkahan bagi orang lain.
Jabatan dan kedudukan yang di raih dengan cara yang jujur akan senantiasa mendatangkan kebaikan, kebaikan bagi diri kita dan kebaikan bagi orang lain. Apapun aktivitas kehidupan jika di landasi dengan kejujuran maka ia akan mendatangkan kebaikan.
Dalam sejarah, karena kejujurannya seorang pemuda yang bernama Muhammad memperoleh gelar Al Amin atau yang terpercaya. Beliau dipercaya oleh berbagai fihak bahkan oleh lawan/musuhnya sekalipun. Suatu hari Nabi Muhammad di percaya oleh semua kabilah (suku) yang ada di Makkah untuk meletakan batu hitam (Hajar Aswad) pada tempatnya di Ka’bah. Ini terjadi setelah selesai-nya perbaikan Ka’bah, dimana masing-masing pembesar kabilah merasa paling berhak untuk meletakan Hajar Aswad tersebut. Maka ketika Nabi Muhammad terpilih untuk meletakkannya, maka ia melakukannya dengan cara yang jujur dan hasilnya dapat memuaskan semua kabilah.
Inilah buah dari kejujuran yang akan mendatangkan kebaikan bagi siapa saja, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Oleh karena itu mari kita menjadikan puasa ini sebagai upaya melatih diri untuk menjadi orang yang jujur. Yang bekerja di kantor jujur dengan segala urusannya, yang pedagang jujur dalam perdagangannya, yang petani jujur dalam pertaniannya, yang pelajar jujur dengan sikap dan perilakunya. Dengan demikian insya-Allah akan lahir masyarakat yang jujur, yang dengan sendirinya akan menjadikan bangsa ini berkah penuh dengan kebaikan.
Dalam haditsnya, dari Ibnu Masud ra, Nabi SAW bersabda,“Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga.
Seseorang akan selalu berbuat jujur hingga di tulis disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa pada kejahatan, sedangkan kejahatan menghantarkan ke neraka Seseorang akan selalu berdusta hingg ia dicatat disisi Allah sebagai pendusta”. (HR Bukhori dan Muslim).
Dalam hadist tersebut jelaslah bahwa orang yang jujur akan diangkat derajatnya dan akan di masukan kedalam surga-Nya dan orang yang senantiasa berdusta akan di hinakan oleh Allah dan akan di masukan kedalam neraka. Semoga puasa yang kita laksanakan akan melahirkan sifat yang jujur pada diri kita, amiin, (wallahu’alam).