Opini

SKRIPSI BEBAN ATAU TANTANGAN?

Oleh: Iwan Kurniawan

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Semarang

Keputusan pemerintah memberi seluas-luasnya kebebasan kepada perguruan tinggi untuk menentukan opsi syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat sarjana selain Skripsi telah menuai pro dan kontra di tengah masyarakat terutama di tengah kalangan akademisi baik dosen maupun mahasiswa. Keputusan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, itu menyebutkan bahwa skripsi bukan satu-satunya opsi tugas akhir program sarjana tapi bisa prototipe, proyek, dan bentu tugas lain baik individu maupun kelompok.

Seperti umumnya peraturan baru, pastilah ada pro dan kontra dan juga nilai plus dan minus. Aturan baru tersebut setidaknya memberi celah kepada perguruan tinggi untuk lebih kreatif, inovatif dan tidak kaku dalam menentukan jenis karya ilmiah lain selain skripsi. Apalagi tiap perguruan tinggi memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dalam pelaksanaan penulisan skripsi, karya tulis satu ini memang menjadi salah satu momok yang cukup menakutkan bagi sebagian mahasiswa karena tidak sedikit mahasiswa yang gagal tamat atau lama tamat dalam studinya. Hal ini terjadi karena dalam penulisan skripsi ada tahapan-tahapan ilmiah dan prosedural yang harus dilewati dan tahapan tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Paling cepat mahasiswa harus melawati satu semester untuk menyelesaikannya. Bahkan tidak sedikit membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun. Lamanya waktu menulis skripsi tidak jarang berimbas pada hal lain seperti membengkaknya biaya pendidikan karena belum tamat mahasiswa harus bayar lagi biaya SPP dan lain-lain. Ujung-ujungnya tidak sedikit mahasiswa yang mengalami terdemotivasi.

Tetapi ada juga mahasiswa yang memiliki pandangan positif terhadap skripsi karena melihat ada cukup banyak sisi positif dari menulis skripsi seperti membantu mahasiswa untuk berlatih menulis dan berpikir secara runtut. Ada juga mahasiswa yang berpendapat skripsi mengandung pembelajaran yang lengkap karena mahasiswa harus mencari masalah penelitian, terjun ke lapangan mencari data, mengelola data, menganalisis data, bahkan diakhiri dengan menarik kesimpulan. Ada juga mahasiswa yang melihat manfaat baik menulis skripsi dari sisi psikologis, yaitu melatih kesabaran. Dalam menulis skripsi, pribadi yang sabar bisa terbentuk karena banyak aktifitas yang mengarah ke sana. Misal, mahasiswa harus banyak membaca sumber-sumber ilmiah, menulis banyak halaman, sering menunggu dosen pembimbing, memperbaiki koreksi kesalahan dan mengikuti tahapan-tahapan administrasi lainya.

Karena adanya perbedaan dalam menyikapi penulisan skripsi, maka pihak perguruan tinggi harus arif dan mampu mengakomodir keinginan setiap pihak baik yang pro maupun yang kontra penulisan skripsi. maka sebaik, mahasiswa tingkat akhir diberikan beberapa opsi atau pilihan dan mahasiswa bisa memilih salah satu, seperti:

Pertama, meniadakan penulisan skripsi. Seperti beberapa perguruan tinggi di luar negeri yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk tidak menulis skripsi atau penelitian. Dasar pemikiran ini karena menulis penelitian lebih mengarahkan orang untuk menjadi ilmuwan, sementara tidak semua orang berminat. Ada sebagian mahasiswa ingin menjadi praktisi seperti pengusaha, seniman, advokat, dan lain-lain. Menulis skripsi dianggap tidak relevan bahkan ada yang beranggapan tidak ada manfaat menulis skripsi di dunia kerja. Menulis skripsi bisa diganti dengan mengambil beberapa mata kuliah sebagai pengganti. Walaupun non-skripsi tidak disebutkan dalam Permendikbudristek di atas tapi baiknya opsi satu ini menjadi bahan pertimbangan.

Kedua, mengganti menulis skripsi dengan karya ilmiah lain yang lebih sesuai dengan minat dan bisa mendukung mahasiswa tamat lebih cepat. Karya ilmiah lain ini harus ditentukan memiliki beban kredit yang sama dengan skripsi.  Beberapa karya ilmiah lain seperti menciptakan tari dan lagu bagi mahasiswa jurusan seni. Menulis buku bagi mahasiswa jurusan Bahasa dan lain-lain.

Ketiga, tetap menyediakan kesempatan bagi mahasiswa yang tertarik untuk menulis skripsi terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana seperti program master dan doktor. Menulis skripsi akan banyak membantu mereka yang ingin kuliah kejenjang yang lebih tinggi karena memang menuntut banyak kemampuan menulis ilmiah.

Kurikulum merdeka adalah sebuah kurikulum yang banyak memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk merdeka memilih cara belajar dan salah satunya dalam membuat karya ilmiah akhir. Mahasiswa sebaiknya mendapat kesempatan untuk memilih berbagai opsi sesuai dengan keinginan, minat dan kebutuhan mereka. (**)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close