Nasional & Internasional
Catatan Guru Lampung Ikuti Pelatihan di Tiongkok (1)
Maya Trisia Wardani, S.Si., M.M - Guru IPA SMPN 33 Bandar Lampung
Kegiatan pelatihan guru diberi judul Training Program in China for Excellent Teachers of MOEC Republik of Indonesia, merupakan anugerah luar biasa yang kami dapatkan di tahun 2019. Dari sekian banyak guru terbaik di Indonesia, 50 guru di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Dasar, terpilih menjadi peserta pelatihan ke luar negeri.
Kami adalah para finalis Guru Berprestasi tahun 2017 dan 2018, serta para finalis Inovasi Pembelajaran (Inobel). Hal ini harus disikapi dengan rasa syukur disertai komitmen untuk terus memajukan pendidikan Indonesia, melalui aplikasi beberapa ilmu yang kelak kami dapatkan disini.
Pada pelatihan ini, kami belajar di CUMT (China University of Mining and Technology). Sebuah Universitas di bawah naungan Kementerian Pendidikan China, merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik dalam beberapa program Magister dan Doctoral.
CUMT terletak di Kota Xuzhou, Provinsi Jiangsu, yang beribukota Nanjing. CUMT memiliki 14 mobile post-doctoral centers, 16 first level doctoral program, 35 first-level discipline master’s programs, 10 professional degree programs, 1 first-grade key discipline, 8 key disciplines rated by Chinese government dan 1 national key discipline.
Di minggu pertama, kami melakukan kegiatan pembelajaran, meliputi Campus tour, Welcoming ceremony, Introduction Prentation of CUMT and Orientation, Basic Chinese Course I, Chinese Course II, Chinese Course III, School visit 1 (CUMT Nanhu Campus The Application of ICT in STEM Education.
Kemudian Exploring the Modern Multimedia Teaching System, Recording, Developing Classroom, CUMT museum), Theory and Practice on Xuzhou Action Plan of Learning In and Speaking Out, Reformation and Development of Education in Jiangsu Province, Chinese Calligraphy and Chinese painting.
CUMT sebagai kampus tempat kami belajar, merupakan salah satu Universitas Internasional Teknologi dan Arsitektur terbaik di China. Sebagaimana hal sekolah Internasional, selayaknya para pengajar serta staf administrasi mengetahui Bahasa Internasional, dalam hal ini Bahasa Inggris, untuk memudahkan terjalinnya komunikasi antarwarga kampus. Tetapi di CUMT, itu tidak berlaku.
Bahasa digunakan dalam pembelajaran maupun kegiatan sehari-hari adalah Bahasa Mandarin/China. Mulai dari tenaga pengajar, mahasiswa, petugas administrasi, petugas penginapan/mess mahasiswa, hingga pengelola kantin, semuanya hanya memahami Bahasa China.
Hal ini cukup membingungkan bagi kami, sehingga pada setiap kesempatan, kami harus selalu didampingi oleh penerjemah atau interpreter berbahasa Inggris, yaitu para mahasiswa S2 dan S3 yang bertugas sebagai program worker, yaitu Abdurahman (Barmam) berasal dari Yaman, serta Pateson Vades dan Chano Simao dari Mozambic.
Mereka bertiga yang banyak membantu kami memahami percakapan sehari-hari dan transfer ilmu dari para instruktur. Sehingga dapatlah dipahami, bahwa jika pemahaman terhadap Bahasa Inggris kami sedikit, maka berbagai informasi pun juga akan sulit kami dapatkan.
Di Kampus CUMT, penggunaan ICT (Information, Comunication, and Technology) sudah maju. Para mahasiswa memiliki card private pass, yang harus selalu dibawa setiap akan memulai pembelajaran, memasukkan ke mesin pemindai dan tidak dilepaskan hingga mereka selesai belajar dan kembali ke rumah.
Kartu tersebut selain berfungsi sebagai tanda pengenal siswa yang terdaftar, juga berfungsi sebagai alat untuk dapat mengakses setiap pembelajaran yang memiliki system terpadu.
System terpadu ini diberi nama ‘smart classroom’. Yaitu suatu system pusat yang telah mengatur pembelajaran sesuai jadwal, dan pembelajaran di setiap kelas agar dapat diakses melalui penayangan materi lewat layar monitor.
Setiap kelas memiliki minimal 8 layar dengan pembagian 2 layar di setiap sisi dinding kelas yang berbentuk persegi empat. Setiap layar dapat menayangkan tema yang berbeda.
Jadi layar monitor ini berfungsi hampir sama dengan papan tulis, dapat digunakan untuk menulis, jika salah dapat dihapus, serta dapat pula mengunduh materi karena sudah terhubung dengan materi ajar para tenaga pengajar.
Tenaga pengajar dapat memantau kegiatan para siswa yang meliputi proses; sebelum pembelajaran, saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran. Jika di Indonesia dikenal PMP (Penjaminan Mutu Pendidikan) atau lazim dikenal dengan Raport Sekolah berbentuk jaring atau web.
Fungsi itu digunakan sebagai dasar bagi peningkatan mutu sekolah, maka di CUMT menggunakan Quality Monitoring Data yang juga berbentuk web atau jaring sebagai penilaian dari guru untuk para siswanya. Untuk sekolah dasar dan menengah rata-rata per kelas berisi sekitar 50 siswa.
Menurut Mr. Zhenguo He, salah satu instruktur dari CUMT, rata-rata setiap guru sekolah dasar dan menengah di China memiliki jumlah mengajar 12 jam yang terbagi menjadi rata-rata 3 kelas. Hal ini dianggap sudah sesuai bagi guru yang tetap harus ditugaskan untuk memenuhi prasyarat administrasi dan penilaian siswa.
Penggunan system pembelajaran secara on line, menuntut guru untuk harus stand by selama 24 jam, dalam memberi bimbingan dan konsultasi kepada peserta didiknya. Dalam hal ini, tentu saja guru harus memiliki ekstra energy dan waktu dalam memberikan pelayanan prima pada para siswa.
Untuk ini, pemerintah memberikan penghargaan yang memadai, salah satunya adalah memberikan reward bagi guru di sekolah menengah yang dapat membantu meloloskan siswa nya untuk masuk ke perguruan tinggi favorit di China.
Serta memberikan penghargaan berupa uang sebesar 100.000 Yuan, dimana jumlah ini hampir setara dengan 12 kali gaji guru disana. Hal ini dianggap wajar, karena mereka berusaha menyeimbangkan antara hak dan kewajiban bagi para guru.
Profesi guru dipandang bergengsi tinggi bagi mereka, karena seleksi untuk menjadi guru di China tidaklah mudah. Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan China, tidak semerta-merta mereka dapat menjadi guru (baik honor maupun negeri), tetapi harus melalui tahap seleksi selanjutnya, dimana peminat dan peluangnya adalah 1:100, yaitu hanya diterima 1 orang dari 100 pelamar untuk menjadi guru.
Mereka beranggapan bahwa guru adalah sosok yang harus memiliki berbagai kompetensi baik, agar transfer ilmu ke peserta didik dapat berlangsung dengan optimal.
Beberapa hal menarik yang kami temukan disini adalah, selain mereka sangat memperhatikan pendidikan, juga di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang terus meningkat, hari demi hari, pemerintah China terus berusaha meningkatkan kelestarian akan adat istiadat dan budaya setempat, sebagai penyeimbangnya.
Kota Xuzhou, dimana kampus CUMT berada, adalah wilayah yang terkenal akan kelestarian budayanya, yaitu budaya peninggalan Dynasti Han. Hal ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita, bahwa semangat membangun teknologi juga harus diimbangi dengan semangat mencintai budaya lokal, agar generasi penerus tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya.
Untuk diketahui, Maya Trisia Wardani, S.Si., M.M, mengikuti Training Program in China for Excellent Teachers of MOEC Republik of Indonesia, atas kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok, berlangsung tanggal 26 Februari hingga 27 Maret 2019. (yus)