Humaniora

Songsong Kurikulum Prototipe, SMPN 14 Gelar IHT Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi dan Kompetensi Sosial Emosional

Dibuka Plt. Kadisdikbud Bandar Lampung

Plt. Kepala Disdikbud Bandar Lampung Hj. Eka Afriana, S.Pd (berdiri), menyampaikan arahan tentang kurikulum prototipe saat kegiatan IHT implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional, di SMPN 14 Bandar Lampung, Rabu (29/12/2021). ISTIMEWA

SMARTNEWS.ID – Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) SMPN 14 Bandar Lampung mengikuti In House Training (IHT) Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi dan Kompetensi Sosial Emosional, di aula sekolah setempat, pada 29 – 30 Desember 2021.

Kegiatan IHT yang dibuka oleh Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandar Lampung Hj. Eka Afriana, S.Pd, pada Rabu (29/12/2021) pagi, ini untuk menyongsong Kurikulum Prototipe pada 2022.

Plt. Kepala Disdikbud mengatakan, kurikulum prototipe adalah kelanjutan arah pengembangan kurikulum sebelumnya, merupakan kebijakan pemerintah terhadap satuan pendidikan sebagai opsi tambahan untuk melakukan pemulihan pembelajaran.

Kurikulum dengan paradigma baru ini, katanya, akan dilakukan secara bertahap melalui program guru penggerak di satuan pendidikan. “Melalui IHT di SMPN 14 Bandar Lampung, kami harapkan pada 2022, sekolah sudah bisa menerapkan kurikulum ini,” katanya.

Di masa pandemi, kurikulum tersebut cukup relevan. Guru, lanjutnya, diberikan kebebasan dalam mengajar sesuai rambu pembelajaran yang ditetapkan. “Kalau guru kreatif, insyaallah bisa melakukan semua itu,” katanya didampingi Kepala Bidang Pendidikan Dasar Hj. Mega Puri, S.Pd., M.M itu.

Sementara Kepala SMPN 14 Bandar Lampung Abdul Khanif, M.Pd menjelaskan, kurikulum prototipe merupakan model pembelajaran berbasis Teaching at the Right Level (TaRL) yang dapat menumbuhkan sikap mental positif dalam ekosistem pembelajaran yang merdeka.

Model TaRL ini katanya adalah proses intervensi yang harus dilakukan guru untuk menjembatani perbedaan yang ditemukan. Bentuknya dengan memberikan masukan pembelajaran yang relevan dan spesifik. “Inilah keunggulan dalan model pembelajaran ini,” katanya.

Sedangkan fokus pada GTK, menciptakan sekolah sebagai tempat terjadinya inovasi, berbasis kepada murid, serta dapat mencapai pembelajaran yang baik untuk mewujudkan profil Pancasila, yakni bertaqwa kepada TYME, mandiri, kreatif, berkebhinekaan global, gotong royong, dan bernalar kritis.

“Inilah pentingnya sekolah menggelar IHT implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. Tujuannya untuk menyongsong kurikulum prototipe yang insyaallah diterapakan di sekolah kami ini,” kata dia. (***)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close