Ekonomi & Bisnis
Getah Karet Pagarbuana Getarkan Ekonomi Waykenanga
Salah seorang petani karet, saat mengumpulkan hasil pertaniannya di Desa Pagarbuana, Kecamatan Waykenanga, Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung. SMARTNEWS.ID
SMARTNEWS.ID – Getah karet para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Pagarbuana, Kecamatan Waykenanga, Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung, ternyata tidak hanya lengket saat bercampur.
Namun, lengketnya getah karet tersebut juga masih berasa kendati telah bertukar dengan sejumlah uang dari para pengepul atau lapak karet, bahkan ke perusahaan. Itulah kelebihan Gapoktan karet di Desa Pagarbuana.
Tetapi jangan salah mengartikan makna dari lengketnya getah karet yang dihasilkan Gapoktan Pagarbuana. Maksudnya ialah getah karet yang telah menjadi uang, juga tetap melekat pada perekonomian masyarakat di sana.
Perputaran uang hasil penjualan karet Gapoktan Pagarbuana ternyata dapat menggetarkan roda perekonomian masyarakat di Desa Pagarbuana. Bahkan tidak hanya di desa setempat, getarannya pun terasa di tingkat kecamatan.
Getaran perekonomian di sana, merupakan sirkulasi dari salah satu hasil pertanian masyarakat Desa Pagarbuana. Kendati mengalami pasang surut dalam bertani karet, namun usaha itu terus membaik berkat perhatian dari sejumlah pihak.
Salah satu pihak itu yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank berpelat merah tersebut, sejak beberapa tahun terakhir ini telah membantu pendanaan bagi Gapoktan Pagarbuana melalui kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Alhamdulillah usaha tani karet kami terus membaik di sini, pasca-terjalinnya kerja sama peminjaman dana KUR di BRI Unit Tulangbawang 2,” ujar salah satu petani karet yang tergabung dalam Gapoktan Pagarbuana, Supriyanto, Jumat (21/5/2021).
Menurut Supriyanto, mempertahankan bertani karet selama ini karena usaha tersebut sudah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Pagarbuana. Bahkan, lanjutnya, usaha tersebut sudah berjalan secara turun menurun.
“Bertani karet sudah melekat bagi warga di sini. Selain karet, sejumlah masyarakat desa juga memilih menanam singkong. Modalnya pun sama, dibantu oleh BRI Unit Tulangbawang 2 melalui pinjaman KUR,” kata dia.
Sementara Mantri BRI Unit Tulangbawang 2, Lulu Alfat, mengatakan hampir semua petani tergabung dalam Gapoktan Pagarbuana memiliki pinjaman di BRI. Melalui pinjaman itu, kini usaha para petani tersebut semakin maksimal.
Tidak hanya para petani karet, para pengepul atau lapak karet dan sejumlah penjual pupuk karet di wilayah setempat sudah menjadi nasabah pinjaman BRI. “Kini sudah terjadi sirkulasi yang harmonis antara petani, pengepul, dan penjual pupuknya,” ujar dia.
Harmonisasi itu, kata dia yakni menguatkan simbiosis mutualisme dalam pertukaran uang antar-pihak. “Jadi perputaran uang dari petani kerap kembali ke penjual pupuk, sehingga uangnya tetap disimpan di BRI,” ujar Lulu Alfat, di kantornya, Jumat.
Di tempat yang sama Kepala BRI Unit Tulangbawang 2, Dani Kristian, menerangkan perekonomian petani tergabung dalam Gapoktan Pagarbuana kini terjadi perubahan ke arah yang lebih baik pasca-terjalinnya kerja sama antara petani dan BRI.
Perkembangan itu katanya, terlihat dari melonjaknya hasil panen pada jenis pertanian karet dan singkong, serta bertambahnya jumlah usaha pada pengepul yang selama ini menjadi tempat menjual hasil pertanian petani.
“Contoh saja, pengepul yang tadinya mempunyai satu lapak sekarang menjadi dua. Begitu juga dengan penjual pupuk, sebelumnya hanya menjual sesuai permintaan kini sudah bisa menjual lebih untuk pupuk karet dan singkong,” ujar dia.
Dengan berkembangnya usaha itu, kata dia, sudah barang tentu perekonomian para petani juga meningkat. Bahkan, para petani di sana kini tidak hanya bergantung pada usaha karet dan singkong, melainkan pada jenis usaha lainnya.
“Adanya dukungan dari berbagai pihak seperti BRI, kini manfaatnya sudah dirasakan petani. Bahkan, keuntungan yang didapat selain menghidupi keluarga petani, juga petani dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi,” kata dia. (YUS)