BANDAR LAMPUNG (smartnews.id) — Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan, minat membaca masyarakat di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara berkembang lain di dunia.
Salah satunya faktor penyebabnya, karena ketersediaan koleksi judul buku bacaan di setiap daerah masih sedikit. Bila dilihat dari jumlah penduduk di Tanah Air dibanding dengan jumlah koleksi judul buku yang tersedia, sangat tidak seimbang.
“Jumlah penduduk kita mencapai 260 juta jiwa, sedangkan koleksi judul buku hanya puluhan ribu. Ini faktor rendahnya minat baca,” ujar dia, saat konferensi pers dengan awak media, di Hotel Novotel Bandar Lampung, Kamis (3/10/2019).
Belum lagi menurutnya, koleksi buku berisikan tentang lokal, seperti budaya, adat istiadat, serta asal usul daerah di setiap wilayah di Indonesia, belum dibukukan dengan merata. Sehingga, peran masyarakat luas dibutuhkan dalam hal itu.
“Peran pustakawan dan media sangat dibutuhkan dalam menggali informasi terkait konten lokal untuk dibukukan. Konten ini sangat menarik dibaca masyarakat daerah, bila asal usul, adat istiadat, dan budaya terangkum dengan baik,” katanya.
Lampung Diguyur Rp450 Miliar
Guna meningkatkan minat baca, lanjutnya, Perpustakaan Nasional telah menganggarkan Rp1,1 Triliun untuk membangun perpustakaan digital. Diharapkan, anggaran tersebut mampu mendorong pengetahuan masyarakat.
“Anggaran sebesar Rp1,1 Triliun itu bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dan, untuk di Lampung anggarannya mencapai Rp450 Miliar. Dana sebesar itu guna membangun perpustakaan digital,” ujarnya.
Selain itu, dalam membangun pengetahuan masyarakat melalui perpustakaan digital, pihaknya menggandeng Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Tanah Air dalam penyediaan sarana prasarana perpustakaan digital.
“Untuk di Lampung kami mengajak 35 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia dalam hal itu. Hari ini kami lakukan penandatanganan kerjasamanya di Hotel Novotel Lampung. Insya Allah harapan bersama terwujud,” kata dia. (YUS)